Seorang pria mendekatiku, menaklukanku dengan pesonanya. Tak banyak bicara, namun perhatiannya membuatku luluh. Dia datang dengan sejuta pesonanya, meyakinkanku bahwa ia adalah pria baik. Mendatangi rumahku dan bertemu keluargaku tanpa rasa takut. Hatiku menghangat dan mencairkan semua perbedaan yang ada diantara kami. Aku dengan ketakutanku sirna, karena dia meyakinkanku berkali-kali. Hari berganti, kehangatannya perlahan berubah menjadi dingin, dan aku memanggilnya "My Ice Prince". seketika dia mengabaikanku semudah ia menaklukkanku.
Aku menahan semua amarahku dan menguji kesabaranku. Ketika kemarahannya menjadi ketidakpedulian, ketika itu aku ingin menyerah. Bukan karena tak sayang ataupun tak sanggup. Sebaliknya aku sangat menyayanginya dan hanya ingin kebahagiaannya. Menurut pemikiranku melepaskannya dalah hal terbaik.
Kata orang aku bodoh...
Sungguh mereka benar...
Namun aku hanya jantung yang mencari detaknya...
Karenanya..
Aku membutakan mata dan menulikan telingaku...
dan hanya mendengarkan hatiku...
Ketidakpeduliannya menyadarkanku...
Bahwa bukan aku sumber kebahagiaannya...
Karenanya..
Aku menyerah...
Bukan perpisahan yang aku takutkan,
Tapi aku takut dia mempermainkan hatiku...
